728x90 AdSpace

Latest News

Pengobatan

Penyakit

Minggu, 22 Juni 2014

Rumongso Biso Seharusnya Biso Rumongso

Kita pasti sering mendengar pepatah Bahasa Jawa. Jika tidak, pepatah akan menjadi asing di telinga kita? Ya, biasanya kita hanya mendengar ‘biso rumongso’ saja?

Ungkapan Bahasa Jawa ini sangat sering kita dengar, secara harfiahnya dalam Bahasa Indonesia ‘Rumongso Biso’ (merasa bisa) dan ‘Biso Rumongso (bisa merasa).

Artinya kita dituntut untuk sadar sepenuhnya dan menyadarkan diri sendiri bahwa dalam setiap pribadi manusia kita saling melengkapi dan mengisi.

Kita memiliki kelemahan dan kekurangan, tidak ada yang bisa menjadi superman, tapi kita bisa menjadi super team yang andal.

Menurut hemat saya, di dalam setiap pergaulan masyarakat level mana pun, suku bangsa, ras atau pun agama sering mengalami benturan dan gesekan. Benarkah?

Sudah menjadi kebiasaan dalam kehidupan kita jika terjadi perselisihan dan ketidaksepahaman maka ujungnya perkelahian antara satu sama lain.

Kenapa bisa terjadi? Karena kita lalai, kita kaku dan kita tidak ingin tahu, kita terlalu egois, kita terlalu diktator dalam pergaulan.

Kita lihat tataran seseorang direktur atau pimpinan, biasanya mereka jarang berkumpul dengan bawahannya, atau para guru jarang berinteraksi dengan anak didiknya, atau bahkan bos besar.

Padahal kedekatan antara atasan dan bawahan yang sinergis bisa membuahkan hasil yang maksimal.

Salah satu contoh jika pemimpin perusahaan bersedia memanjakan karyawan-karyawannya dengan proporsional, maka kinerja karyawan akan lebih giat, semangat dan hasil produksinya meningkat.

Tetapi jika bosnya pelit, bakhil, dan medit maka banyak pula karyawan atau bawahannya sering menggunjing dan mencemooh saat si bos tidak di depannya.

Dan seringkali terjadi adalah karyawan mencuri dan mengorupsi uang atau mencuri aset-aset perusahaan. Ini maut bagi usaha yang sedang dijalankannya.

Prinsip ‘Rumongso Biso-Biso Rumongso’, mengejawantahkan setiap individu yang memiliki keahlian, keterampilan, kegantengan, kecantikan, kekayaan, kehormatan, ketenaran, kehebatan, kemolekan, jabatan, atau apa pun namanya dan menyandang dalam status manusia, suatu saat pasti akan mengalami penyusutan.

Setuju? Justru apa-apa yang kita miliki; keahlian, kekayaan dan lainnya tentunya bisa ditularkan (diberikan) kepada orang lain, agar yang kita miliki menjadi manfaat dan berkah untuk kehidupan kita, keluarga kita, sehingga kita memiliki ketenangan dan kepuasan batin.

Jika kita merasa mampu, sok-sokan, sombong dan tidak bersedia mendengar pendapat, saran dan kritikan orang lain, atau bahkan kita merasa lebih hebat dari orang lain, maka tunggu saatnya.

Kita sering menilai rendah dan apriori kepada orang lain, orang lain selalu dianggap remeh, bodoh, goblok atau dungu. Saatnya kita akan lebih hina ketika posisi kita sudah berada di bawah.

Tentu saja kita akan menjadi riya’ dan sum’ah yang mana penyakit hati ini akan menghapuskan semua amalan-amalan ibadah kita.

Kita tercipta dari setetes air mani yang hina. Tidak sepatutnya berbangga diri dengan apa-apa yang kita dapatkan.

Kita harus banyak mendengar, melihat dan 'ngroso' kesusahan orang lain agar batin kita terasah sehingga kita menjadi manusia beradab yang selalu syukur dan bukan kufur.

Kita harus menjadi manusia yang siap ‘merasa bisa’ tetapi juga harus ‘bisa merasa’, jadi kalau kita melakukan kesalahan kita segera sadar dan memperbaiki serta meminta maaf kepada orang yang kita sakiti.

Dadi ora sekarepe wudele dewe, menang-menangan dewe lan mburu nepsu njur ngrusuhi kancane dewe. Kita harus selalu ingat kuburan.

Kebajikan yang menemani kita mati adalah sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak salih yang mendoakan orangtuanya. Wallahu ta’ala a’lam.
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments
Item Reviewed: Rumongso Biso Seharusnya Biso Rumongso Description: Rating: 5 Reviewed By: Bengkel Manusia Indonesia

 

Supported by:
Bekam Batam Bengkel Manusia Indonesia
Ruqyah Batam Bengkel Manusia Indonesia
Yayasan An Nubuwwah Batam Indonesia
Call Center (+62) 813-2871-2147

 

Scroll to Top