728x90 AdSpace

Latest News

Pengobatan

Penyakit

Jumat, 15 Agustus 2014

Sabar Kunci Keberhasilan Menunaikan Umrah 4


Apabila seorang muslim mendapat kesempatan menjalankan ibadah umrah ke Tanah Suci, tentu saja dirinya akan merasa sangat bersyukur dan senantiasa berbahagia.

Kesempatan selama umrah harus dimanfaatkan dan dinikmati dengan sebaik-baiknya. Harapannya, setibanya di Tanah Suci, kita dapat meraih pahala dan keutamaan-keutamaan di dalamnya.

Umrah merupakan aktivitas jiwa dan raga yang sangat melelahkan. Mengapa? Dari pengalaman saya, aktivitas lahiriah ini dibutuhkan kesiapan fisik. Mulai dari miqat, thawaf, sa’i, dan lain-lain.

Sedangkan ketangguhan mental adalah memusatkan pikiran selama berhari-hari di Tanah Suci. Jika kita berangkat seorang diri, kita harus fokus untuk ibadah. Apapun alasannya.

Walau kenyataannya di Tanah Air, suami, istri, anak-anak, bapak, ibu, mertua, saudara, teman dekat, atau seseorang kita sayangi mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan.

Demikian halnya, keluarga yang ditinggal di Tanah Air senantiasa harus sabar, ikhlas, dan pasrah ketika ditinggal umrah.

Mungkin saja ketika seseorang sedang umrah, dia tidak kembali lagi ke Tanah Air karena Allah menghendaki dia wafat di Tanah Suci. Ini sering terjadi karena Allah memilihnya untuk menyatu dengan Tanah Suci.

Pengalaman ketika saya menunaikan umrah tahun 2013 lalu, ada seorang istri yang sedang selesai melakukan umrah kemudian mendapat tiga putaran sa’i langsung terjatuh. Ketika dibawa ke rumah sakit, ternyata dia sudah meninggal.

Masya Allah. Dia belum selesai umrah, Allah sudah memanggilnya. Sebuah proses akhir yang menggembirakan. Ada juga yang sedang salat, pada sujud terakhirnya dia tidak bangun. Ternyata dia meninggal dalam keadaan sedang bersujud.

Kematian adalah misteri. Namun sebaik-baik sebelum mati adalah bertobat. Begitu pesan yang selalu disampaikan muthawwif kepada para jemaah umrah dan haji. Tapi jangan khawatir, urusan mati itu pasti dan kita tidak pernah tahu di bumi mana kita akan mati.

Kembali ke persoalan fisik dan mental, jemaah umrah yang bukan berasal dari Arab Saudi akan sangat membutuhkan tenaga yang ekstra. Selama di sini, jemaah harus berjalan kaki dari hotel menuju Masjid Nabawi maupun Masjidil Haram dan sebaliknya.

Lebih dari itu, ketika sampai di masjid, untuk bisa mendapatkan barisan (shaf) terdepan, kita harus berjalan sejauh 400 meter. Kita bisa membayangkan, dari pemondokan sejauh 100 meter misalnya, ditambah perjalanan menuju shaf depan sejauh 400-an meter.

Beruntunglah jika hotel dekat dengan pelataran masjid. Jika tidak, perjalanan dari hotel ke lokasi Masjid Nabawi dan Masjidil Haram dibutuhkan waktu sekitar 15-20 menit. Ini tergantung dengan kondisi jalan menuju ke lokasi.

Meskipun jarak antara hotel dengan masjid dekat, kita tetap saja membutuhkan energi untuk bisa melakukan aktivitas ini. Kondisi cuaca akan berpengaruh pada kesehatan setiap orang.

Banyak faktor penting yang harus dipersiapkan supaya setibanya di Tanah Suci tidak sakit. Untuk itu, memerhatikan kesehatan sebelum berangkat umrah merupakan sebuah keharusan.

Dari pengalaman saya, jemaah baru pertama kali ke Tanah Suci akan banyak mengeluh. Mulai dari cuaca panas, antrean Imigrasi yang lama, hingga perjalanan darat dari Jeddah ke Madinah sekitar enam jaman.

Menjaga kesehatan selama berada di Tanah Air sebelum bertolak ke Jeddah harus diprioritaskan. Saat musim panas tiba, suhu udara siang mencapai 38 derajat Celcius bahkan lebih dari itu.

Mengantisipasi hal ini, jiwa kita harus tahan dan sabar. Selain itu, dehidrasi pasti terjadi, sehingga dianjurkan untuk sering meminum air Zam-zam atau air putih selama di sana.

Terlepas dari itu, menjaga kesehatan selama di Tanah Air bisa dilakukan sebulan sebelum berangkat umrah. Pengalaman saya dengan rajin olahraga dan mengonsumsi makanan sehat. Rutinitas sebulan sebelum umrah saya ikut fitness dan jalan pagi.

Sesuai dengan anjuran Rasulullah, menjaga kondisi agar selalu fit dengan meminum madu, minyak habatus sauda, atau multivitamin. Khusus mereka yang hobi begadang, sebaiknya dikurangi dulu begadangnya.

Sering begadang malam akan membuat tenaga dan pikiran terkuras. Esok hari menjadi loyo, cepat lelah, dan kurang bergairah. Sebaiknya menghindari tidur terlalu larut malam agar saat pemberangkatan kondisi jiwa raga kita senantiasa prima.

Pengalaman saya beberapa waktu lalu, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum berangkat umrah. Khusus laki-laki, tidak usah terlalu banyak membawa pakaian ganti.

Bawalah baju dan celana untuk keperluan sehari-hari secukupnya. Kain ihram satu atau dua stel, ikat pinggang kain umrah tanpa jahitan, keperluan mandi, sarung, jaket, sandal, sepatu, dan membawa obat-obatan untuk antisipasi pusing, mual, atau demam.

Sedangkan perlengkapan untuk wanita tidak jauh berbeda dengan pria. Walau demikian, tidak ada salahnya dipersiapkan seperti mukena minimal dua buah, rok panjang untuk ihram dua stel, manset, baju sehari-hari secukupnya, kaos kaki, jaket, sandal, dan sepatu.
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments
Item Reviewed: Sabar Kunci Keberhasilan Menunaikan Umrah 4 Description: Apabila seorang muslim mendapat kesempatan menjalankan ibadah umrah ke Tanah Suci, tentu saja dirinya akan merasa sangat bersyukur dan senantiasa berbahagia. Kesempatan selama umrah harus dimanfaatkan dan dinikmati dengan sebaik-baiknya. Harapannya, setibanya di Tanah Suci, kita dapat meraih pahala dan keutamaan-keutamaan di dalamnya. Umrah merupakan aktivitas jiwa dan raga yang sangat melelahkan. Mengapa? Dari pengalaman saya, aktivitas lahiriah ini dibutuhkan kesiapan fisik. Mulai dari miqat, thawaf, sa’i, dan lain-lain. Sedangkan ketangguhan mental adalah memusatkan pikiran selama berhari-hari di Tanah Suci. Jika kita berangkat seorang diri, kita harus fokus untuk ibadah. Apapun alasannya. Walau kenyataannya di Tanah Air, suami, istri, anak-anak, bapak, ibu, mertua, saudara, teman dekat, atau seseorang kita sayangi mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan. Demikian halnya, keluarga yang ditinggal di Tanah Air senantiasa harus sabar, ikhlas, dan pasrah ketika ditinggal umrah. Mungkin saja ketika seseorang sedang umrah, dia tidak kembali lagi ke Tanah Air karena Allah menghendaki dia wafat di Tanah Suci. Ini sering terjadi karena Allah memilihnya untuk menyatu dengan Tanah Suci. Pengalaman ketika saya menunaikan umrah tahun 2013 lalu, ada seorang istri yang sedang selesai melakukan umrah kemudian mendapat tiga putaran sa’i langsung terjatuh. Ketika dibawa ke rumah sakit, ternyata dia sudah meninggal. Masya Allah. Dia belum selesai umrah, Allah sudah memanggilnya. Sebuah proses akhir yang menggembirakan. Ada juga yang sedang salat, pada sujud terakhirnya dia tidak bangun. Ternyata dia meninggal dalam keadaan sedang bersujud. Kematian adalah misteri. Namun sebaik-baik sebelum mati adalah bertobat. Begitu pesan yang selalu disampaikan muthawwif kepada para jemaah umrah dan haji. Tapi jangan khawatir, urusan mati itu pasti dan kita tidak pernah tahu di bumi mana kita akan mati. Kembali ke persoalan fisik dan mental, jemaah umrah yang bukan berasal dari Arab Saudi akan sangat membutuhkan tenaga yang ekstra. Selama di sini, jemaah harus berjalan kaki dari hotel menuju Masjid Nabawi maupun Masjidil Haram dan sebaliknya. Lebih dari itu, ketika sampai di masjid, untuk bisa mendapatkan barisan (shaf) terdepan, kita harus berjalan sejauh 400 meter. Kita bisa membayangkan, dari pemondokan sejauh 100 meter misalnya, ditambah perjalanan menuju shaf depan sejauh 400-an meter. Beruntunglah jika hotel dekat dengan pelataran masjid. Jika tidak, perjalanan dari hotel ke lokasi Masjid Nabawi dan Masjidil Haram dibutuhkan waktu sekitar 15-20 menit. Ini tergantung dengan kondisi jalan menuju ke lokasi. Meskipun jarak antara hotel dengan masjid dekat, kita tetap saja membutuhkan energi untuk bisa melakukan aktivitas ini. Kondisi cuaca akan berpengaruh pada kesehatan setiap orang. Banyak faktor penting yang harus dipersiapkan supaya setibanya di Tanah Suci tidak sakit. Untuk itu, memerhatikan kesehatan sebelum berangkat umrah merupakan sebuah keharusan. Dari pengalaman saya, jemaah baru pertama kali ke Tanah Suci akan banyak mengeluh. Mulai dari cuaca panas, antrean Imigrasi yang lama, hingga perjalanan darat dari Jeddah ke Madinah sekitar enam jaman. Menjaga kesehatan selama berada di Tanah Air sebelum bertolak ke Jeddah harus diprioritaskan. Saat musim panas tiba, suhu udara siang mencapai 38 derajat Celcius bahkan lebih dari itu. Mengantisipasi hal ini, jiwa kita harus tahan dan sabar. Selain itu, dehidrasi pasti terjadi, sehingga dianjurkan untuk sering meminum air Zam-zam atau air putih selama di sana. Terlepas dari itu, menjaga kesehatan selama di Tanah Air bisa dilakukan sebulan sebelum berangkat umrah. Pengalaman saya dengan rajin olahraga dan mengonsumsi makanan sehat. Rutinitas sebulan sebelum umrah saya ikut fitness dan jalan pagi. Sesuai dengan anjuran Rasulullah, menjaga kondisi agar selalu fit dengan meminum madu, minyak habatus sauda, atau multivitamin. Khusus mereka yang hobi begadang, sebaiknya dikurangi dulu begadangnya. Sering begadang malam akan membuat tenaga dan pikiran terkuras. Esok hari menjadi loyo, cepat lelah, dan kurang bergairah. Sebaiknya menghindari tidur terlalu larut malam agar saat pemberangkatan kondisi jiwa raga kita senantiasa prima. Pengalaman saya beberapa waktu lalu, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum berangkat umrah. Khusus laki-laki, tidak usah terlalu banyak membawa pakaian ganti. Bawalah baju dan celana untuk keperluan sehari-hari secukupnya. Kain ihram satu atau dua stel, ikat pinggang kain umrah tanpa jahitan, keperluan mandi, sarung, jaket, sandal, sepatu, dan membawa obat-obatan untuk antisipasi pusing, mual, atau demam. Sedangkan perlengkapan untuk wanita tidak jauh berbeda dengan pria. Walau demikian, tidak ada salahnya dipersiapkan seperti mukena minimal dua buah, rok panjang untuk ihram dua stel, manset, baju sehari-hari secukupnya, kaos kaki, jaket, sandal, dan sepatu. Rating: 5 Reviewed By: Bengkel Manusia Indonesia

 

Supported by:
Bekam Batam Bengkel Manusia Indonesia
Ruqyah Batam Bengkel Manusia Indonesia
Yayasan An Nubuwwah Batam Indonesia
Call Center (+62) 813-2871-2147

 

Scroll to Top